Pengaruh Sistem Manajemen Mutu Iso Terhadap Kinerja Karyawan Melalui
Budaya Kualitas Perusahaan Pada PT. Otsuka Indonesia Malang
Penelitian
tentang pengaruh Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO terhadap kinerja karyawan melalui
budaya kualitas perusahaan, dengan objek penelitian PT. Otsuka Indonesia
Malang. SMM ISO, dilihat dari tiga dimensi, yaitu perencanaan sertifikasi ISO
9001, komitmen perusahaan, dan penerapan prosedur. Data penelitian diperoleh
dari sampel 110 responden karyawan yang dipilih secara acak. Hasil penelitian
menemukan bahwa perencanaan sertifikasi ISO 9001, komitmen perusahaan dan
penerapan prosedur dipersepsikan sudah sangat baik oleh karyawan dan
berpengaruh positif secara signifikan terhadap budaya kualitas perusahaan.
Selanjutnya budaya kualitas berpengaruh positif secara signifikan terhadap
kinerja karyawan. Namun demikian, budaya kualitas masih dipersepsikan karyawan
belum terlalu baik, dikarenakan pemberdayaan, keterlibatan dan quality
improvement team work belum dijalankan secara optimal.
terus
meningkat, jika dilihat dari sisi permintaan, sedangkan dari sisi penawaran
terjadi juga peningkatan penawaran produk dan jasa dalam variasi kualitas dan
harga yang terus bersaing. Kualitas produk dan jasa yang semakin meningkat
dengan biaya yang memiliki keunggulan bersaing dipasar, seperti negara-negara
dikawasan timur: Cina, Vietnam dan India dapat menguasai pangsa pasar yang
lebih besar (Dale, 2003). Hal yang sangat berarti dalam meningkatkan kinerja menghadapi
tantangan persaingan kompetitif ini adalah melalui perbaikan berkelanjutan yang
terfokus pada konsumen. Perbaikan yang dilakukan meliputi keseluruhan aktivitas
organisasi yang penekanannya kepada fleksibilitas dan kualitas. Oleh karena
itu, kualitas dan pengelolaannya dikaitkan dengan perbaikan berkelanjutan
dilakukan oleh banyak perusahaan dalam mendorong peningkatan pangsa pasar.
Pengelolaan usaha yang terfokus pada fleksibilitas dan kualitas dengan wawasan
global dapat tercermin dari sistem manajemen mutu (SMM) yang Semuel:
Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 163 dijalankan oleh organisasi
bisnis.
Banyak
perusahaan atau organisasi berusaha untuk memiliki standar kualitas yang
berkualifikasi internasional, seperti ISO. Penerimaan luas terhadap ISO 9000
oleh berbagai lembaga bisnis maupun non bisnis, telah menyebabkan minat besar
peneliti untuk mengetahui lebih tentang manfaat penerapan ISO (Boiral, 2003;
Briscoe et al., 2005; Gingele et al., 2002). SMM menurut Mei Feng et al. (2006)
dengan standar ISO dapat dilihat dari tiga dmensi, yaitu perencanaan
sertifikasi ISO, komitmen organisasi atau perusahaan terhadap mutu, dan
penerapan prosedur standar. Keberhasilan maupun kegagalan penerapan ISO,
sebagian besar dipengaruhi oleh faktor budaya organisasi (Kekale, 1999;
Parncharoen et al., 2005; Kujala & Ullarank, 2004), karena ISO pada
hakekatnya adalah program perubahan organisasi yang memerlukan transformasi
budaya organisasi, proses dan keyakinan (Parncharoen et al., 2005). Keterkaitan
penerapan SMM standar ISO terhadap budaya kualitas dikemukakan oleh Goetsch
& Davis dalam Tjiptono & Anastasia (2003). Hardjosoedarmo (2004)
mengemukakan bahwa penerapan SMM ISO dapat merubah orientasi budaya suatu
organisasi menuju budaya kualitas yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja
organisasi. Menurut Metri (2005:65) dalam penerapan SMM ISO, budaya lebih
berperan daripada yang lainnya. Oleh karena itu, budaya kualitas
dipertimbangkan sebagai salah satu hal yang terpenting sebagai indikator
keberhasilan penerapan SMM ISO terhadap kinerja perusahaan yang terukur pada
kinerja karyawan. Studi tentang SMM dengan standar ISO yang dikaitkan dengan
faktor budaya organisasi di Indonesia dewasa ini masih terbatas, sehingga
menarik untuk diketahui apakah penerapannya dalam organisasi perusahaan
mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan melalui budaya kualitas
sebagai bagian dari budaya organisasi (Kujala & Ullrank, 2004). Hal ini
karena setiap organisasi perusahaan di Indonesia memiliki karakteristik budaya
yang berbeda satu dengan lainnya. Persaingan dan perubahan yang begitu cepat
dan global, telah memacu dunia industri Indonesia untuk dapat dan harus
beradaptasi dengan mengembangkan program SMM yang dapat meningkatkan kompetensi
bersaing dengan efektif. PT. OTSUKA INDONESIA sebagai perusahaan farmasi, alat
kesehatan dan makanan kesehatan telah lama menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO
sebagai komitmen perusahaan untuk menjaga kualitas produknya. Sistem manajemen
mutu PT. OTSUKA INDONESIA diterapakan dari proses awal, mulai proses pemilihan
supplier, bahan awal, proses poduksi, pengujian, produk jadi, distrubusi dan
bahkan ketika produk sampai ditangan pelanggan. Perusahaan sesuai dengan
misinya menyediakan produk yang berkualitas tinggi dan handal. Perusahaan juga
menerapkan risk management dan risk assessment untuk menjamin kualitas dan
keamanan produk yang dibuat. Setelah adanya penerapan SMM ISO di PT. OTSUKA
INDONESIA, belum pernah dilakukan penelitian mengenai dampak penerapannya
terhadap kinerja karyawan. Hal ini menyebabkan tidak dapat diketahui
pengaruhnya secara nyata terhadap kinerja karyawan. Penilaian kinerja kayawan
akibat penerapan SMM ISO diperlukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat
pencapaian antara rencana kerja yang ditetapkan dengan hasil kerja.
1. Perencanaan Sertifikasi ISO
Perencanaan sertifikasi merupakan
fase awal dalam merumuskan dan mendesain langkah langkah penerapan SMM ISO,
mulai dari pemilihan badan sertifikasi ISO, identifikasi aspek kualiats,
dokumentasi dan lain lain. Untuk mendukung keberhasilan meraih sertifikasi ISO,
maka diperlukan perencanaan yang matang sehingga ketika audit dilakukan semua
data rekaman sebagai bukti adanya penerapan dari SMM ISO dapat ditunjukkan.
2. Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi didefinisikan
sebagai ukuran kebaikan identifikasi karyawan dengan tujuan dan nilai
organisasi serta terlibat didalamnya, komitmen oganisasi juga menjadi indikator
yang lebih baik bagi karyawan yang ingin tetap pada pekerjaannya atau ingin
pindah. Komitmen pada organisasi juga menjelaskan kedekatan karyawan terhadap
organisasi, baik secara struktural maupun individual.
3. Penerapan Prosedur Prosedur baru biasanya membuat karyawan harus merubah cara kerja yang telah bertahun-tahun dilakukan. Penerapan prosedur sebagai bentuk dari sebuah perubahan adalah selalu tidak mudah. Untuk membuat karyawan merubah cara kerja, atau melakukan sesuatu yang baru, yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah menanamkan kesadaran pada karyawan terkait tentang pentingnya perubahan dan menerapkan prosedur mutu yang ditetapkan.
Top Management
Support for Quality Dukungan dan
komitmen top management terhadap keberhasilan kualitas, merupakan faktor utama
penentu kesuksesan penerapan keberhasilan kualitas, dimana top management harus
bersikap, berpikir dan bertindak tentang kualitas dalam semua keputusan.
Strategic Planning for Quality
Pada strategic planning for quality,
dibutuhkan partisipasi seluruh employee demi peningkatan kualitas. Oleh karena
itu, tanggung jawab kualitas harus secara jelas dikomuniksikan kepada seluruh
employee dan manajemen harus memiliki rencana operasional yang menggambarkan
secara kualitas secara jelas.
Customer Focus
Perbaikan kualitas yang dilakukan
oleh suatu perusahaan, harus berfokus pada customer satisfaction. Hal-hal yang
perlu dilakukan dalam mengukur kepuasan pelanggan: a. Manajemen mempunyai form
yang menyatakan kepuasan pelanggan terhadap pelayanan yang telah diberikan.
(Low & Jasmine dalam Elly T, 2005). b. Definisi pekerjaan yang telah
diberikan kepada employee harus jelas dan sesuai dengan keinginan pelanggan
(Nasution, 2001). c. Terhadap proses yang efektif untuk menangani keluhan
pelanggan (Pheng & Teo, 2004 dalam Elly T, 2005)
Quality Training
Pelatihan tentang kualitas kepada
seluruh employee, sangat dibutuhkan pada suatu organisasi untuk meningkatkan
kualitasnya. Oleh karena itu, manajemen perlu berpartisipasi aktif dalam
mendukung pelaksanaan quality training, yaitu: a. Melakukan planning terhadap
pelaksanaan quality planing. b. Melakukan pelatihan tentang konsep perbaikan
kualitas secara berkala pada employee. c. Melakukan proses identifikasi
kebutuhan berkelanjutan yang meliputi evaluasi terhadap pelatihan yang telah
diikuti.
Recognition
Manajemen perlu memberikan
recognition kepada employee yang telah melakukan perbaikan kualitas.
Recognition yang diberikan suatu perusahaan kepada employee, dapat diartikan
sebagai suatu balas jasa.
Empowerment and Involvement
Pelibatan karyawan (involvement)
adalah proses untuk mengikutsertakan para karyawan pada semua level organisasi
dalam pembuatan keputusan dan pemecahan masalah bagi kesuksesan organisasi.
(Robbins, 2003).
Quality Improvement Teamwork
Teamwork merupakan kumpulan
tenaga kerja yang berusaha untuk mencapai kualitas pekerjaan yang dilakukan
secara bersama-sama. Untuk mencapai kualitas yang diinginkan pelanggan, maka
quality improvement teamwork harus melibatkan semua level tenaga kerja yang ada
pada organisasi.
Measurement and Analysis
Pengukuran pada pekerjaan yang
telah dikerjakan, dapat dilakukan dengan menggunakan the seven quality control
tools. Data yang ada pada proses pekerjaan yang dilakukan, dapat digunakan
untuk melakukan perbaikan pada pekerjaan tersebut. Setiap proses pekerjaan,
perlu dilakukan pencatatan secara terperinci, agar memudahkan dalam melakukan
perbaikan.
Quality Assurance Quality assurance
merupakan suatu program yang
berisi aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan agar kualitas pekerjaan yang
dilakukan sesuai dengan kualitas pekerjaan yang diinginkan. Quality assurance
meliputi: kebijakan, prosedur, standar, pelatihan dan panduan yang berhubungan
dengan pekerjaan tersebut, serta adanya suatu sistem yang menghasilkan
kualitas.
Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar